Sunday, October 02, 2005

sastra

"Hikayat Deli" Gambaran Pluralisme Sastra Indonesia

Medan, Kompas

Teks Hikayat Deli yang didominasi kisah peperangan yang dipimpin oleh Tuanku Gojah Pahlawan adalah wujud keberagaman budaya sastra Indonesia. Hikayat yang juga menceritakan silsilah keturunan raja-raja di Sumatera Timur-Deli ini, juga bertujuan memperluas wilayah kekuasaan, dan menjadikan keberagaman budaya sebagai alat mencapai tujuan.

Demikian disampaikan Wan Syaifuddin, staf pengajar Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU), dalam Pertemuan Ilmiah Nasional (Pilnas) XII Himpunan Sarjana Kesusasteraan Indonesia (Hiski) di Medan, Rabu (6/10). Menurut dia, Hikayat Deli adalah bagian dari khazanah kesusasteraan Indonesia lama/klasik.

"Hikayat ini ditulis pada pertengahan abad ke-18 oleh seorang pujangga Kesultanan Deli pada masa pusat kekuasaan di Medan Poeteri-Kesawan, Sumatera Timur-Deli dan naskah aslinya ditulis dalam asksara Arab Jawi," jelas Syaifuddin.

Penyalinan aksara latin dari hikayat ini, menurut Syaifuddin, dilakukan oleh Temenggung Kesultanan Deli pada tahun 1923.

Menurut Syaifuddin, karya sastra yang terlahir dari pujangga kerajaan dari kalangan istana ini tidak membiaskan kehendak "miring" dari penguasa. "Jalinan peristiwa di dalam hikayat ini mengungkapkan berbagai persoalan masyarakat dan penguasa. Ia ditulis karena keperluan masyarakat berdasarkan restu raja, bukan karena kebijakan penguasa," ujar Syaifuddin.

Dari dua belas makalah yang disampaikan dalam pertemuan yang berlangsung tiga hari ini, Hiski berusaha mendapatkan solusi dari kehidupan berbangsa dan bersastra yang saat ini seolah berjalan sendiri-sendiri. Menurut Ahmad Samin Siregar, editor dari ke-12 naskah tersebut (seluruhnya ada 31 makalah yang dihimpun Hiski), dalam menghadapi permasalahan tersebut harus ada upaya untuk menjalin benang merahnya. (p10)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home