Sunday, October 02, 2005

fakta

Masyarakat Melayu Sumut Kian Terpinggirkan

Stabat, Kompas

Sebagian besar masyarakat etnis Melayu di Sumatera Utara (Sumut) kini semakin terpinggirkan, bahkan sebagian di antaranya masih dililit kemiskinan. Penyebabnya antara lain karena etnis yang dikenal sebagai penduduk "pribumi" kawasan pantai timur Sumut ini cukup lama terbuai oleh kekayaan alam di sekitarnya.

"Dari situ pula etos kerja suku Melayu memudar dan pada gilirannya membuat sumber daya manusia (SDM) Melayu tercecer di belakang dibanding etnis lainnya," kata Tengku Luckman Sinar, Wakil Ketua Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) Sumut di sela-sela seminar tentang otonomi daerah di Stabat, Langkat (sekitar 44 kilometer arah barat Medan), Selasa (6/6) lalu.

Dibuka oleh Bupati Langkat H Syamsul Arifin, seminar antara lain menampilkan pembicara Prof Dr Hajjah Mariam Darus SH, Prof Dr H Bahauddin Darus, Prof Syamsul Arifin SH, Dr Hermayulis SH, dan H Ok Saidin SH Hum. Syamsul Arifin meminta supaya seminar bukan malah menjadikan Melayu etnis eksklusif, tetapi sebaliknya bisa menjadi perekat antaretnis yang ada di Sumut.

Masyarakat hukum adat Melayu Sumatera Timur meliputi Kesultanan Langkat (Kabupaten Langkat sekarang), Kesultanan Deli (Kotamadya Medan dan sebagian Kabupaten Deliserdang), Kesultanan Serdang (sebagian Deliserdang dan Kotamadya Tebingtinggi), Pemerintahan Suku Batubara (wilayah Kabupaten Asahan), Kesultanan Asahan (sebagian Asahan dan Kotamadya Tanjungbalai), Kerajaan Bilah, Panai dan Kuwalu (Kabupaten Labuhanbatu).

Suku bangsa Melayu pesisir Sumatera Timur berdiam di propinsi Sumatera Utara bagian timur. Daerahnya dari dataran pantai ke barat hingga ke dataran berbukit-bukit, mulai dari Kabupaten Aceh Timur, Langkat, Deliserdang, Asahan sampai ke Labuhanbatu. Suku Melayu ialah golongan bangsa yang menyatukan dirinya dalam pembauran ikatan perkawinan antarsuku serta memakai adat atau resam (kebiasaan) Melayu secara sadar dan berlanjutan, termasuk bahasanya.

Secara terpisah, antropolog Prof Dr Usman Pelly MA mengatakan, terpinggirkannya etnis Melayu di Sumut karena terninabobokan dengan keadaan masa lalunya. Pada masa lalu, etnis ini dikenal suka bekerja keras sehingga mampu menguasai sektor perikanan, perdagangan, pertanian termasuk perkebunan. Saking makmurnya, guru-guru mengaji, penghulu dan khatib salat Jumat pun mendapatkan gaji yang besar dari kerajaan atau sultan.

Namun, karena terninabobokan terlalu lama, mereka lalai dan lupa diri sehingga lama kelamaan kekayaan itu hilang dan berpindah kepada etnis pendatang. Terbukti, sedikit sekali tokoh-tokohnya yang masuk dalam jalur birokrasi, menguasai perdagangan atau petani andal. Kalaupun ada di birokrasi, umumnya di Departemen Agama.

Seminar itu sendiri, menurut ketua panitia H Fachruddin Ray maupun Luckman Sinar yang juga dikenal sebagai sejarawan, adalah bagian dari upaya mengejar ketertinggalan di berbagai sektor kehidupan agar etnis Melayu tidak lagi menjadi masyarakat yang terpinggirkan.

Dalam kesimpulan seminar, masalah pemberdayaan ekonomi di sektor pertanian dan perikanan merupakan skala prioritas bersamaan dengan penggalakkan pembangunan desa pantai. Hak atas tanah ulayat harus direalisasikan dengan mendesak pemerintah daerah mengeluarkan peraturan daerah. Di samping itu, yang tak kalah penting, pengelolaan hutan bakau (mangrove) di Langkat dicabut dari PT Sari Bumi Bakau karena konstribusi perusahaan ini tidak ada kepada masyarakat. (smn/sp)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home